George Kastrioti. Iskender Bey atau Skanderbeg, adalah gelar yang diberikan orang-orang Turki kepadanya karena dia hebat seperti Alexander the Great (gelar Skanderbeg diturunkan dari gabungan antara Iskender atau Alexander di lidah orang Turki dan Bey, yang berarti tuan atau penguasa).
Kemampuan militer Skanderbeg yang dilatih kaum Muslim. menghadirkan rintangan besar bagi gerak futuhat Usmani dan dia diakui oleh banyak kalangan di Eropa sebagai model terhadap perlawanan Kristen terhadap gerak futuhat kaum Muslim. Dapat dipahami perlawanannya yang luar biasa, karena pada awalnya dia termasuk komandan detasemen pada pasukan Yeniseri.
Skanderbeg kemudian diangkat menjadi gubernur di beberapa wilayah taklukan Usmani, termasuk di Kruje (salah satu wilayah di Albania). Karena kehebatannya, Skanderbeg dipercaya untuk memimpin kavaleri Usmani sebanyak 5.000 personel. Dan dia pun memeluk Islam.
Pada November 1443, Skanderbeg memberontak pada Usmani pada saat Perang Nis berkecamuk, ketika itu Usmani memerangi Janos Hunyadi. Skanderbeg melarikan diri dari peperangan bersama dengan 300 orang prajurit Usmani asal Albania.
Dia bergegas menuju Kruje, dan dengan mengabaikan surat dari Sultan Murad II, dia mengangkat dirinya sendiri menjadi penguasa Kruje, bebas dari kekuasaan Usmani. Dia kemudian menaklukkan beberapa wilayah di sekitar Kruje dan wilayah-wilayah yang dahulu dimiliki bapaknya, kemudian murtad dari Islam, dan memproklamirkan diri sebagai pembalas dendam dan pembela tanahnya dari serangan Usmani. Dia kemudian mengibarkan bendera merah dengan gambar siluet elang berkepala dua.
Tanggal 2 Maret 1444. Skanderbeg mempersatukan semua penguasa wilayah di Albania di kota Lezhe, dan membentuk Liga Lezhe. Rekan aliansinya yang terdekat adalah Gjerj Arianiti, yang kemudian anaknya, Donika, dia nikahi. Skanderbeg dan pasukannya meraih lebih dari 20 kemenangan di medan perang melawan Usmani. Dia memang lawan yang sangat tangguh.
Kehebatan Skanderbeg di berbagai pertempuran memaksa al Fatih untuk menandatangani perjanjian damai selama 10 tahun yang ditandatangani di Skopje. Skanderbeg sendiri menolak berdamai, namun dia dikalahkan oleh keinginan dari Tanush Topia (pangeran Albania).
Selama Skanderbeg hidup, Al-Fatih berkali-kali mengepung Kruje, namun selalu gagal menaklukkannya. Barulah setelah kematian Skanderbeg karena malaria pada 17 Januari 1468, Al-Fatih berhasil menaklukkan benteng Kruje, dan akhirnya menguasai seluruh Albania.
Sampai sekarang, Skanderberg menjadi pahlawan nasional Albania atas perlawanannya pada Sultan Murad II dan Sultan Muhammad Al-Fatih, pedangnya yang hampir berukuran 2 meter menggambarkan kepada kita sekuat apa lengannya. Dan musuh-musuh semacam inilah yang dihadapi oleh Al-Fatih.